Senin, 16 Mei 2011

BAGAIMANA CARA BERADAPTASI DENGAN ISLAM

    Bukanlah Islam yang harus menyesuaikan dengan keadaan manusia, tetapi manusialah yang harus beradaptasi dengan Islam. Sebagai agama samawi yang lengkap sudah pasti segala sesuatu sudah diatur dalam Islam. Tidak ada satupun yang terlewatkan. 
    Ada tiga hal yang menjadi pilar utama untuk beradaptasi dengan Islam, yaitu :
  1. kekuatan aqidah
  2. persaudaraan (ukhuwah)
  3. kekuatan materi (al 'uddah)
   Jamaah yang tidak mengasaskan gerakannya kepada ketiga kekuatan tersebut tidak akan menjadi alternatif pilihan terbaik. Jika sifat-sifat asasi tersebut terwujud, maka tak pelak lagi ia akan menjadikan orang yang berjalan dijalan dawah merasa mantap di jamaahnya. Ia juga akan melindungi dari ketertipuan dan pendangkalan dari pihak luar jamaah.

1. Aqidah
Kekuatan aqidah adalah pilar pertama dan utama bagi siapapun yang beriltizam dengan Islam. Karena tidak ada kompromi didalamnya. Tidak ada perbedaan dan tawar menawar, sebagaimana tertuang dalam kalimah syahadatain: " Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah." Maka sebagai konsekuensinya barang siapa yang mengakui ada Tuhan selain Allah dan atau mengakui ada nabi lain setelah Muhammad saw, maka telah nyata-nyata ia ingkar (murtad) dari Islam. 

salimul aqidah (aqidah yg lurus) harus tercermin dalam :
  • keyakinan (i'tiqod)
  • perasaan (syu'uron)
  • pemikiran (fikroh), 
  • sifat (suluk)
Didalam keempat hal itu harus melekat erat menjadi karakter, sehingga menjadi pribadi muslim unggulan. Itulah kekuatan personal. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat At-Taubah (9:40) tentang yakinnya Rosululloh terhadap pertolongan Allah.
"Jika kalian tidak menolongnya, maka sungguh Allah telah menolongnya tatkala orang-orang kafir mengusirnya, sedangkan dia adalah yang kedua dari dua orang, ketika keduanya berada didalam gua, pada saat itu dia berkata kepada sahabatnya, "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita." Kemudian Allah menurunkan ketenangan-Nya kepadanya dan memperkuat dia dengan tentara yang tidak terlihat oleh kalian. Dan Allah menjadikan kalimah orang-orang kafir itu rendah, dan kalimah Allah itu tinggi. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."  

Oleh karena itu, untuk memahami Islam dengan pemahaman yang murni dan benar, umat Islam harus kembali kepada Al Quran yang senantiasa dipelihara Allah, kembali kepada sunnah Rosululloh yang telah dikumpulkan dan disaring oleh imam-imam yang mulia.
2. Ukhuwah
Haruslah disadari bahwa kita tidak akan merasa cukup menjadi muslim sendirian, dan kita berkewajiban memainkan peranan positif, menegakan masyarakat Islam yang dikendalikan oleh aqidah dan syariat Islam. Betapa perlunya kita bersaudara karena Allah pada saat berjalan bersama diatas jalan dakwah untuk memperteguhkan ikatan antara sesama kita, sebagaimana telah dilakukan Rosululloh ketika ia mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshor. Mereka telah mengukir contoh teladan yang indah dan agung tentang cinta dan ikrar mengutamakan saudaranya daripada dirinya sendiri.

Rosululloh saw bersabda:
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam rasa cinta, kasih sayang dan kemesraan mereka seperti badan yang satu apabila sebagian dari anggotanya merasa sakit, maka seluruh anggotanya turut merasa sakit, seperti kena penyakit susah tidur atau demam." (HR. Bukhari).

oleh karena itu, hendaklah kita:
  • saling mengenal
  • saling memahami, dan
  • saling menanggung
    Marilah kita bersikap lemah lembut, sopan santun kepada sesama dan jangan membiarkan diri ini bersikap sombong kepada saudara-saudara kita. Janganlah menonjol-nonjolkan diri, sebab yang demikian itu akan memusnahkan simpati orang. Kenali kemampuan diri dan kemampuan saudara kita dengan baik dan jangan meremehkan yang lain. Jauhilah dari terperdaya dengan diri sendiri, sebab akan menjauhkan kita dari barisan dakwah dan dari jalannya. Kembalikanlah semata karena Allah atas ilmu dan kekuatan pribadi.
    Tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali harus berhimpun berjalan bersama dijalan dakwah ini. Marilah kita saling ingat-mengingatkan, karena peringatan itu bermanfaat kepada orang-orang yang beriman. Padukanlah hati, cinta dan persaudaraan menjadi kekuatan persatuan. Kekuatan jamaah.

Allah berfirman:
"Dia berkata, "Andaikata aku mempunyai kekuatan untuk mengadapi kalian atau aku bisa berlindung kepada keluarga yang kuat." (QS. Hud, 11:80).

Kekuatan jamaah yang tumbuh dari akumulasi kekuatan individu maka akan menjadi kuantitas yang berkualitas.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu serta berjihad dengan kekayaan dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (QS. Al-Hujurat, 49:15).

3. al uddah

Kekuatan material dalam Islam berasal dari zakat, infaq dan shodaqoh. Seorang muslim wajib memiliki kekuatan ini, kekuatan harta agar peduli dengan kondisi umat. Menyantuni anak yatim, fakir miskin, membiayai jalan dakwah.

"Orang-orang yang mendirikan shalat dan dari sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, mereka menafkahkan(nya)." (QS. Al-Anfal, 8:3)

Pada akhirnya: Kuantitas yang berkualitas (al adadu) diimbangi kekuatan materi (al udadu)